EMAK STRONG ANTIBAPER, MINDSET TEPAT REZEKI MENDEKAT

#tugas1

Namaku Fadila Fikriani Armadita. Kebanyakan orang memanggilku Dita, ada juga yang memanggil Dila. Bebas, asal bukan Bambang aja.Hehehehee.

Aku tinggal di Batam. Pernah jadi jurnalis di Surabaya, Jakarta, dan Yogyakarta. Sekarang aktivitasku sebagai penulis lepas dan pebisis online yang masih terus belajar berbisnis.

Kekurangan dan Kelebihanku

Bukan perkara mudah ketika diminta menulis kelebihan. Tapi tidak apa aku coba tulis apa  yang menjadi kelebihanku. Aku suka mempelajari hal baru dan juga tantangan.

Aku punya kemampuan untuk mandiri dan tidak suka bergantung pada siapapun kecuali Allah SWT. Aku tidak mudah menyerah pada apapun.

Untuk kekurangan, wah ini nih yang harus diurai satu persatu. Aku adalah orang yang kurang disiplin. Banyak mau dan keinginan, tapi bingung mulai dari mana. Hehehehe.

Belum bisa fokus, bisnis apa nih yang akan dijalani dengan serius. Bisnis palugada masih kujalani. Padahal kalau fokus bisa lebih baik sepertinya. Ya, saking banyaknya yang mau diupload sampai keder sendiri.

Aku juga masih kurang dalam membina tim. Ada beberapa reseller, tetapi belum maksimal. Lebih sering menghadapi customer langsung ketimbang tim reseller.

Kompetensi

Kompetensi yang aku punya untuk mendukung bisnis adalah menulis. Edit flyer pakai canva bisa juga, meski super minimalis.

Rutinitas mengerjakan artikel dari luar membuatku sering mengabaikan konten media sosial dan mebuat desain sederhana di canva.

Sebetulnya nggak enak juga sih terus-terusan comot desain kawan, padahal kita bisa mengerjakan sendiri meski seadanya.

Cerita Masa Lalu

Berdagang, berjualan, berbisnis sebetulnya bukan hal baru bagi saya. Lahir di keluarga pedagang, membuat saya nggak malu berjualan.

Sejak SD saya mulai berjualan kuncir rambut, buku tulis dengan cover doa, dan lain-lain. Untungnya saya kumpulkan untuk jajan. Hahahaha.

Salah satu permainan yang saya lakukan sendiri zaman kecil adalah toko-tokoan. Ya, saya sering membungkus barang apa saja yang ada di rumah, kemudian memasukkannya ke kantong plastik.

Konyolnya lagi saya menstaples kertas di bagian atas kantong plastik ala kasir Matahari wkwkwkw. Sungguh ini masa kecil yang nggak pernah saya lupakan.

Waktu berlalu, ‘dunia bisnis’ pun saya tinggalkan. Bahkan nggak pernah terpikir sama sekali untuk berjualan.

Sampai tahun 2013, saya bekerja di sebuah kantor media mingguan di Jakarta. Kawan akrab saya di kantor adalah pedagang online.

Ya, pada waktu itu berjualan online masih belum banyak dilakukan. Saya iseng ikut-ikutan dia berjualan, sebagai resellernya.

Waktu itu saya belum punya Blackberry, salah satu sarana untuk berjualan online. Saya hanya memanfaatkan media sosial. Pembelinya pun masih berkisar teman-teman saya saja.  

Qadarullah, di tahun yang sama, kantor tempat kami bekerja gulung tikar. Waktu itu ada jeda satu bulan sampai ketok palu tidak ada yang kami kerjakan di kantor.

Meski demikian, kami tetap wajib ngantor meski jamnya suka-suka. Di situlah saya dan kawan saya gencar berjualan online.

Tahun 2013 adalah titik balik hidup saya. Pekerja Ibukota yang memutuskan untuk kembali ke Jogja, rumah orangtua saya. Tanpa tahu apa yang saya kerjakan.

Di Jogja saya  masih meneruskan berjualan online, dengan sistem dropship atau barang dikirim oleh saya. Alhamdulillah saya dapat supplier baru di Jogja. Jadi lebih punya banyak pilihan.

Singkat cerita, tahun 2014 saya mengambil kuliah S2, lantaran banyak tugas di kampus dan masih harus mengerjakan artikel dari luar saya memutuskan untuk berhenti berjualan online.

Tahun 2016 saya menikah, setahun berikutnya saya pindah ke Batam bersama suami yang lebih dulu tinggal di kota ini.

Setahun pertama, saya nggak ada pemasukan selain dana dari suami. Hehehe. Bingung juga ya. “Harus ada yang saya kerjakan,” batin saya.

Akhirnya mulai saya berjualan online di tahun 2018, masih sesekali, Baru saya lebih serius di tahun 2019. Semuanya mulai dari nol. Dan saya harus banyak belajar tentang dunia bisnis online yang dulu pernah saya lakoni.

Kondisi yang Bikin Baper dan Apa yang Harus Dilakukan

Apa sih yang bikin baper? Ketika semua orang sudah punya rumah sementara saya belum. Ketika banyak orang bisa bersedekah jutaan, sementara saya Insya Allah rutin.

Kondisi bikin baper lainnya adalah ketika orangtua butuh sesuatu tetapi kita tidak bisa membantu secara materi. Sedih rasanya. Inilah yang memicu saya untuk serius berbisnis dan tidak hanya mengandalkan satu lubang pendapatan saja.

Saya ingin di masa pensiun nanti, bisnis ini sudah berjalan dengan sendirinya sesuai sistem. Tentunya harus dibarengi dengan doa yang menembus langit.

Ketika orangtua butuh sesuatu tetapi kita tidak bisa membantu secara materi. Sedih rasanya. Inilah yang memicu saya untuk serius berbisnis dan tidak hanya mengandalkan satu lubang pendapatan saja.

Saya ingin ketika masa pensiun nanti, bisnis ini sudah berjalan dengan sendirinya sesuai sistem. Tentunya harus dibarengi dengan doa yang menembus langit.

Berusaha memperbaiki diri salah satunya dengan beribadah jauh lebih baik lagi. Doakan ya. Aamiin.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Apa Rasanya Jadi Penyintas Covid (2)

Hadapi, jalani, dan lawan!

Kita lanjut ceritanya. Ohiya cerita sebelumnya ada di sini Saya sepuluh hari di rumah sendiri, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan datang, terutama soal penyebab. Kami bingung, kalau ditanya dari mana datangnya Covid? Apaiya mau dijawab dari mata turun ke hati?  Atau jika ada pertanyaan “Kok bisa?” laah. Hehehe. Pastinya dugaan terpapar dari mana terbuka lebar. Kami patuh protokol kesehatan, pakai masker, jaga jarak, dan juga mencuci tangan.

Sejak pandemi, kami terbilang sangat jarang berpergian ke tempat umum. Apalagi begitu tahu kalau ramai, kami pasti balik kanan nggak jadi. Dugaan kuat memang berasal dari kantor, tapi tudingan itu nggak bisa serta merta dibuktikan. Saya berpendapat, virus bisa datang dari mana saja.

Selama di tempat karantina, saya selalu memantau kondisi suami, mulai dari tekanan darah sampai ke apakah dia mengalami batuk atau sesak nafas. Jawabannya, semua baik dan sehat. Hasil rontgen memang tidak diberikan, tetapi suami bilang kalau hasil rontgen kurang baik pasti dipisahkan dari pasien lainnya.

Setiap pagi dan sore suami boleh keluar gedung rumah sakit. Sekadar berjemur atau berolahraga ringan di lapangan. Ada juga senam zumba dan senam pernafasan. Saya bayangkan makanan rumah sakit yang begitu, ternyata makanan dari hotel Aston. Makanannya pun lumayan enak dan bergizi. Ada juga jus buah kemasan yang diberikan kepada pasien.

Untuk obat-obatan, saya lihat ada obat generik, dan dua vitamin. Itu rutin diberikan sampai menjelang pulang. Sampai dengan pulang, suami juga tidak mengalami gejala atau sakit yang berlebihan. Semua baik-baik saja. Alhamdulillah.

Karantina Mandiri di Rumah

Lalu apa yang saya lakukan selama sendirian di rumah? Sepii..iya sepi. Aktivitas saya nggak jauh dari biasanya. Saya tetap mengerjakan beberapa tulisan yang masuk. Ada beberapa yang terlambat, karena pikiran saya belum bisa fokus ketika itu.

Saya sadar sepenuhnya, risiko saya terpapar besar. Akan tetapi saya harus berpikir baik-baik dan memperkuat imun saya. Beberapa tulisan tentang gelaja kehilangan indera penciuman dan perasa sempat saya baca. Entah kenapa saya juga merasakan hal yang sama.

Saya coba hirup aroma kayu putih. Nggak begitu kuat terasa, bahkan saya bersin-bersih setelahnya. Entah itu hanya perasaan saya atau bagaimana. Saya cium sabun cuci, bau wanginya tipis-samar. Duh, saya bingung.  Saya mencoba tenang, merapal doa saya baik-baik saja. Kemudian saya lupakan aroma-aroma itu, malah yang terbayang pisang aroma. Hahahaha.

Saya pun terkena semacam rasa was-was demam badan gregeasan, dll. Pernah dalam sehari saya bolak balik ukur suhu, karena merasa badan agak demam. Ya hasilnya normal, kisaran 36-37,5 dercel. Emang saya yang lebay, lantaran takut dan nggak mau menghantui diri sendiri, akhirnya termometer itu saya umpetin di tempat yang saya nggak bisa lihat. Jadi nggak bakal bolak balik ukur suhu. Hasilnya saya biasa-biasa saja. Hehehe.

Soal aroma dan kehilangan indera penciuman. Saya coba lagi semprotkan parfum ke tangan. Alhamdulillah masih tercium wangi. Saya juga buka jeruk yang aromanya kuat, Alhamdulillah saya masih bisa merasakan aroma jeruk. Yah, sepertinya saya merasa was-was dan panik yang berasal dari pikiran saya sendiri.

Selama karantina mandiri yang bisa saya lakukan hanyalah memperkuat imunitas, melalui suplemen dan juga makanan bergizi. Saya coba tetap bekerja seperti biasa, menyelesaikan tulisan-tulisan yang tertunda. Itu yang bisa saya lakukan untuk mengalihkan semua pikiran negatif yang berkecamuk. Ceilaaah. Hahahaha.

Ohiya selama sendirian, saya sering menelpon atau menyapa orang ketika merasa sendiri. Saya paling nggak bisa diam atau nggak berbincang dengan siapapun. Ibu dan adik saya yang paling sering saya telpon biar nggak banyak pikiran juga.

Intinya sih, ketika kita disapa covid, tak perlu panik. Siapapun bisa terkena. Sedih itu pasti, kaget itu manusiawi. Tapi apa mau kita berlarut pada kesedihan? Hal pertama yang harus dilakukan adalah menerima kenyataan, jangan salahkan orang lain atau diri sendiri. Kedua, perbaiki dan perkuat imun. Tambah asupan suplemen, istirahat cukup, jangan ngoyo, dan stay optimis. Ketiga lakukan apapun yang kamu suka. Mulai dari main game, window shopping, lihat Instagram, baca buku, apapun itu. Keempat usahakan berjemur dan begerak aktif. Jangan sampai mentang-mentang divonis positif covid, lalu diam saja dan meratapi sakit, apalagi jika tanpa gejala artinya kamu tetap bisa beraktivitas ringan seperti biasa. Apa sih tujuannya? Agar energi-energi negatifmu itu hilang.

Langkah lain yang harus kamu lakukan adalah jangan pernah putus berdoa. Allah yang memberimu sakit, Allah pula yang menyembuhkan. Obat sakit bukan hanya pada obat atau beragam herbal yang kamu konsumsi. Semua bergantung pada dirimu. Spiritual, mental, emosi,dan fisik. Semua saling bersinergi dan membuatmu sembuh dari sakit.

Sampai sekarang  kami berdua masih dalam tahap pemulihan. Saya positif? Saya nggak tahu karena saya nggak menjalani pemeriksaan. Tidak tahu kenapa, pihak puskesmas tidak menghubungi saya. Mungkin terlewat, bisa juga karena kami cuma berdua sehingga sudah dianggap isolasi mandiri masing-masing. Banyak yang bertanya,”Kok nggak diperiksa?” atau “Sudah swab, sudah rapid?” Hehehe. Saya pasti jawab belum. Kalau ada yang ndedes alias nanya gak berhenti saya jawab,”yuk ah ngobrol yang lain nggak usah nanya tes-tes segala macem”. Bahkan ada yang bilang,”Tes sendiri aja”. Lah emangnya situ mau bayarin.

Jika ada teman atau kerabat terpapar covid 19, saran saya jangan pernah tanya soal tes ini itu, karena itu sangat menganggu. Tanyakan kondisi, kabar, dan aktivitasnya. Ajak bicara yang dia suka. Nanti dia akan bercerita sendiri soal hasil tes segala macam. 

Semua yang kami alami dua pekan belakangan menjadi pelajaran berharga bagi kami. Covid 19 bukan main-main. Dia bisa menyapa siapa saja bahkan yang sudah patuh protokol kesehatan. Cuci tangan, pakai masker, jaga jarak, dan keluar rumah seperlunya. Cukupi asupan gizi dan jaga pola istirahat. Pandemi ini mengajarkan kamu untuk lebih meningkatkan pola hidup sehat dan ikhlas.

Jika disapa tak perlu takut. Hadapi, jalani, dan lawan!!!  

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Apa Rasanya Jadi Penyintas Covid (1)

Ada cinta dari keluarga baru di perantauan

Tidak pernah terlintas di benak saya bakal menjadi bagian dari penyintas covid -19. Siapa  juga yang mau, sepertinya nggak ada seorang pun yang mau. Tetapi pada akhirnya covid-19 menyapa kami. Suami saya dinyatakan positif covid 19 pada pertengahan September lalu. Apa rasanya ketika pertama kali tahu? Ambyar, sedih, tangis saya pecah juga setelah beberapa waktu ditahan. Mau marah? Marah ke siapa? Bingungkan.  Perlahan-lahan saya mencoba menata hati, menjernihkan pikiran, menguatkan jiwa semua harus dihadapi harus dijalani.

Suami terindikasi covid setelah menjalani tes swab di sebuah klinik swasta di Batam. Bermula dari kawan sekantor yang positif, tak cuma satu ada beberapa. Suami tanpa gejala. Hanya saja dua hari sebelumnya sempat demam, itupun karena kehujanan di siang harinya.  Hanya sehari, setelah itu semua normal. Suami sempat tak masuk kantor sehari, saya memintanya untuk pemulihan fisik. Saya juga memintanya tak salat di masjid.  Apalagi beberapa teman kantornya sudah ada yang positif.  Saya sadar, kami harus lebih waspada bukan takut.

Ketika tahu bahwa salah satu teman yang positif hanya berjarak dekat dengan meja kerjanya, suami memang agak bingung. Wajar. Siapa yang tak takut dan bingung apalagi ketika melihat pemberitaan dan angka covid di Indonesia yang terus meningkat dari hari ke hari. Sedih dan gusar, saya rasa itu wajar dialami setiap orang. Sampai  Jumat siang, ketika hasil swab keluar, pihak klinik memberitahukan suami positif covid dan selanjutnya akan diurus oleh puskesmas. Suami tercatat sebagai pasien ke 1.103 di Batam.  

‘Berlibur’ Ke Pulau Galang

Begitu tahu positif, saya langsung memberi kabar orang tua dan juga teman dekat. Suami menghubungi perangkat RT tempat kami tinggal. Saya segera berkemas, membawakan barang-barang apa saja yang harus dibawa ke Pulau Galang. Ohiya, Pulau Galang adalah lokasi rumah sakit khusus infeksi covid 19 yang dibangun pemerintah. Lokasinya sekitar satu jam dari pusat kota, tak jauh dari Camp Vietnam.

Beberapa barang yang saya siapkan, pakaian ganti untuk satu minggu. Saya juga bawakan perlengkapan mandi, handuk, sabun cair, sikat gigi, odol, dan juga detergen. Saya bawakan hanger dan juga selimut. Teman suami yang lebih dulu di Pulau Galang bilang kalau suhu udara di sana dingin, terutama kalau malam hari. Suplemen herbal yang rutin kami konsumsi tak lupa saya bawakan.

Setelah semua selesai, suami berangkat ke Pulau Galang saya mulai beberes. Cuci pakaian, sapu rumah, pel, semprot disinfektan mandiri, semua saya kerjakan sendiri. Lalu memberi kabar kawan dekat suami, tak ada maksud apa-apa. Saya cuma ingin rekan dekat kami dengar dari kami sendiri, bukan dari orang lain. Seringkali cerita dari orang ditambah dan dikurangi, itu yang bikin sedih.

Menjelang magrib suami memberi kabar kalau sudah tiba di RSKI Pulau Galang. Kamarnya besar, bersih, penerangan cukup. Ada lima bed dan lima meja kecil di samping tempat tidur. Ruangan dilengkapi AC dan juga televisi. Ada dua kamar mandi di dalam ruangan. 

Reaksi Sekitar Kami

Alhamdullillah, kami dikelilingi orang-orang baik. Tetangga yang saya beri kabar langsung memberikan dukungan penuh.”Kalau butuh sesuatu hubungi kami, jangan segan,” kata mereka melalui pesan singkat. Alhamdulillah.

Ada juga yang kebingungan, karena beberapa hari sebelumnya ngobrol lama dengan saya.

“Mbak, saya diperiksa juga enggak, kita kan kemarin ngobrol lama?”

“Saya harus gimana nih Mbak, kita kan kemarin bareng?”

“Mbak ikut ke puskesmas sekalian diperiksa?”

Bayangkan ketika sedang bingung dan panik, saya diberondong pertanyaan begitu. Kesal? Iya. Marah? Nggak. Saya coba tenang dan menjawab sekadarnya. Lalu meminta maaf, sebab saya juga tak pernah meminta bakal terjadi seperti ini.

Kebetulan siang itu saya memesan makanan, pre order, artinya makanan itu saya pesan beberapa hari sebelumnya. Waktu pesan saya tak pernah sangka bakal ada kejadian seperti ini. Saya memang sempat jelaskan, dan akan membayar makanan melalui transfer. Ketika makanan diantar, saya sedang bingung, spontan saya berikan uang. Dan apa yang terjadi? Malam harinya ketika menanyakan kabar, dia bilang kalau uang dari saya dipisahkannya untuk berjaga-jaga.

Bukan itu saja dia juga kebingungan bakal masuk kontak erat dengan saya. Menceloss hati saya. Kami bertemu tak sampai 30 detik, dan reaksinya seperti itu.

”Duh mbak nanti saya diperiksa, diswab, saya nanti ini itu, bla bla bla. Jangan dimasukkan daftar kontak ya, ” dia memberondong saya lewat pesan di WA.

Ingin saya katakan padanya,”Heloooo Mbokde, situ punya keluarga di sini, sementara saya? Sendirian mbok  di rantau”. Tapi tentu saya tak katakan itu padanya. Hehehe bisa pecah perang dunia.

Alhamdullah orang-orang yang demikian hanya segelintir. Lainnya Masya Allah, luar biasa baik. Tanpa saya minta ada saja yang mengantar buah, lauk, makan siang, bahkan sampai sembako. Terimakasih untuk kebaikan yang tak ternilai itu. Hanya Allah yang bisa membalas semua.

Tiba-tiba saja ada yang menelpon, datang ke rumah, membawakan sarapan, stok telur (Alhamdulillah tahu saja saya kehabisan telur), dan gorengan kesukaan saya (Masya Allah, baik bener mbak, tahu aja yang saya suka. Matur nuwun ya). Ada saja yang mengirim nasi padang, sop segar, bermacam-macam lauk. Seringkali datang bersamaan, saya pun bingung makannya. Alhamdulillah.

‘Mbak, aku ke rumah ya, antar makanan, sekaligus pengen lihat Mbak,” kata seorang tetangga. Ya Allah, sampai ada yang memastikan bahwa saya nggak sedih.”Seneng lihat mbak bisa ketawa,” kata tetangga saya yang lain. Masya Allah, semua baaikk.  Ada juga yang cantolan buah dan kue di pagar, saya bingung. Ini siapa pelakunya, mau share di grup bingung juga. Nggak lama si pengirim bilang kalau dia pelakunya. Hehehe. Ya Allah, nggak papa nggak ketemu.  Ada bentuk cinta dari keluarga baru yang saya dapatkan di perantauan.

Bersambung

Dipublikasi di Uncategorized | 1 Komentar

Yuk, Bikin New Normal Ala Kamu Sendiri

Hampir tiga bulan mengurangi aktivitas di luar rumah, apa sih yang kamu rasakan? Bosan? Bagi pekerja kantoran atau mereka yang biasa dolan pastinya bosan. Lebih banyak di rumah, berpergian pun terbatas. Bosan? Ngapain pake nanya sih ya sudah pasti. Pengeluaran membengkak karena kebanyakan belanja online? Hihi nggak perlu dijawab yaa, karena setiap orang punya pengalaman yang berbeda.

Belakangan muncul istilah New Normal. Padanan bahasa Indonesianya apa ya? Normal Baru? Hihi. Pemerintah berencana kembali membuka pembatasan aktivitas di masyarakat. Mulai dari pembukaan pusat perbelanjaan, perkantoran, rumah ibadah, dan juga sekolah. Nah yang terakhir ini sempat mengundang kontroversi buibu se-nusantara, pasalnya mereka khawatir anak-anak mereka akan terpapar covid-19.

Korea Selatan membuka kembali sekolah setelah kasus covid-19 melandai. Namun pembukaan sekolah itu justru membuat cluster baru. Inilah yang dikhawatirkan oleh orangtua se-Indonesia, pembukaan sekolah justru membuka cluster baru. Sementara Mas Menteri juga belum mengambil keputusan, baru menyusun opsi.

New normal atau kenormalan baru sebetulnya sudah sering atau sedang kita lakukan kok. Bahkan sejak pandemi ini kita sudah memulai gaya hidup baru tersebut.  Bagi kamu yang tertib sebetulnya tak perlu khawatir atau takut, karena sudah dua bulan lebih menjalaninya. Lalu apa saja yang bisa kita lakukan dalam rangka new normal?

  1. Belajar Kembali Mengatur Waktu

Buat kamu yang harus bekerja dari rumah, tak perlu khawatir. Ini saatnya kamu belajar mengatur waktu. Bosan pasti, cari hiburan melalu gawai sudah pasti dilakukan. Zaman sekarang tak mungkin rasanya tak mencari hiburan melalui gawai meski hanya sekrol media sosial Betul? Namun perlu diingat, nggak mungkin sepanjang waktu kamu hanya di depan gawai saja. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Buat yang bekerja, tetap harus bekerja kan. Mahasiswa tingkat akhir bukan berarti liburan. Ingaat ada skripsi yang harus disentuh dan dosen pembimbing yang merindukanmu. Dan pastinya tagihan SPP yang terus bejalan. Hihihi.

2. Aktivitas Pengembangan Diri

Bosan di rumah? Banyak waktu luang, kenapa nggak mulai mengembangkan diri? Bukan berarti makan tidur ya yang bikin badan berkembang. Hahaha. Kamu bisa mulai mencoba sesuatu yang baru. Misalnya praktik resep baru. Yakin deh, ada berapa banyak screen capture resep numpuk di galerimu. Cek deh beranda media sosialmu, berapa banyak resep yang hanya dibagikan saja tanpa dicoba? Nah, ini saatnya kamu mulai mencoba. Siapa tahu resep-resep yang kamu bikin itu bisa jadi peluang bisnis.

3. Memulai Gaya Hidup Baru

Ada berapa koleksi maskermu? Saya yakin lebih dari satu. Tak dipungkiri, masker sekarang adalah bagian dari fashion. Hayoo ngakuu siapa yang koleksi masker dan juga mix and match masker dengan baju yang dipakai. Ini merupakan bagian dari gaya hidup baru. Punya masker cadangan yang nggak itu-itu saja yang dipakai. Selain itu rajin cuci tangan dan juga membawa handsanitizer juga jadi kebiasaan barumu. Nah, sudah kamu mulai kan?

4. Selesaikan Pekerjaan yang Belum Tuntas

Selama di rumah saja, seringkali berpikir, pekerjaan kantor sudah diselesaikan. Lalu apalagi ya? Nah, kini saatnya kamu mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda. Misalnya saja menata kembali ruangan rumah, membersihkan isi kulkas dan lemari. Atau pekerjaan lain yang belum tersentuh ketika kamu sibuk di luar rumah.

5. Hidup Lebih Praktis

Sebelumnya kamu mengagendakan dua kali dalam sepekan pergi ke pasar. Sebagian besar orang sekarang mulai berpikir dua kali untuk pergi ke kerumunan. Solusinya, belanja online melalui jasa titip sayur dan juga belanja online lainnya. Kamu juga mulai mendatangi warung tetangga untuk membeli kebutuhan harian, selama ini tak sedikit orang yang hanya numpang lewat. Sekarang? Ayo mulai biasakan diri berbelanja di warung tetangga dan di toko online milik teman.

Nah, tak perlu risau ketika disebut new normal. Semua kembali ke diri masing-masing kok. Bagaimana kamu melindungi dirimu dan keluarga. Mau bergaya seperti dulu lagi? Nggak papa beneran, nggak ada yang larang.

Dipublikasi di Uncategorized | Tag , , , , , | Meninggalkan komentar

Tips Seru Investasi Emas ala Saya, Tertarik Mencoba?

istimewa

Pagi tadi ketika berbelanja ke pasar,  kebetulan ada sales sebuah bank sedang memprospek bakul sayur langganan saya. Tenang, sales itu sedang bukan sedang menawarkan kartu kredit tetapi memprospek investasi emas ke penjual sayur langganan saya. Saya yang tadinya niat nguping eh malah ikut diprospek  ya sudah, saya tanggapi saja. Hehehehe.

Sales pergi dan  si-mbak penjual sayur bertanya,”Propseknya bagus ya mbak, emas ke depannya?” saya bilang,’’Bagus mbak, untuk jangka panjang ya“.  Saya bilang ke si-mbak itu,”Coba saja mbak, siapa tahu cocok”.  Si-mbak manggut-manggut. “Untuk sekolah anak mbak, mumpung masih bisa nabung dan ada kesempatan,” kata saya. Si-mbak ini manggut-manggut lagi.”Iya ya mbak, mumpung anak-anak masih kecil,” sambungnya. Nah, betul tujuan saya menabung emas memang untuk pendidikan anak-anak kelak. 

Punya anak saja belum, kok udah mikir sekolah? Yeee memangnya nggak boleh? Justru harus dipersiapkan dari sekarang. Ketika saatnya nanti Insya Allah nggak terlalu berat. Saya sih berpikir sederhana seperti itu.

Sebelumnya saya sudah menulis tentang menabung emas. Nah, di tulisan ini saya akan berbagi cerita tentang bagaimana tips mudah menabung emas. Saya pilih instrumen Tabungan Emas Pegadaian, sebagai tempat saya menabung emas. Setiap awal bulan, saya datang ke pegadaian untuk setoran. Sebenarnya bisa sih transfer bank, cuma saya lebih suka datang  ke pegadaian dan melihat buku tabungan saya dicetak. Girang banget. Hehehehe.

“Aku pengen, tapi masih ini itu, itu ini,” kata teman. Ah, kalau kepengen tapi nggak action sampai Hulk jadi pink juga nggak bakal terlaksana. Menabung emas boleh di Pegadaian atau mengambil sistem cicilan yang ditawarkan beberapa bank. Eh, Pegadaian juga ada sistem cicilan dengan jangka waktu mulai dari satu tahun sampai tiga tahun juga ada.  Nominalnya pun beragam mulai dari 5 gram sampai 100 gram. Boleh pilih yang mana.

Ada juga yang menabung emas dengan sistem menyisihkan uang setiap bulan ketika sudah terkumpul  dalam nominal tertentu baru diwujudkan emas batangan. Bebaass.. suka-suka kamu. Boleh pilih mana yang kamu suka asal nyaman aja. 

Nah, lalu bagaimana tips menabung emas asyik dan seru? Yuk, ikuti tips saya (nggak juga gak apa-apa lho, nggak maksa).

1.Kuat dan Laksanakan

Iya, harus niat. Ini dimulai dengan membaca berbagai referensi tentang emas dan prospeknya. Memang sih, returnnya nggak seperti saham yang hanya dalam waktu 6 bulan bisa return 6 persen. Namun menurut saya, prospeknya tetap bagus karena tidak tergerus inflasi. Terbuka kemungkinan harga emas terus naik, meski belakangan kenaikan harga emas tidak terlalu signifikan. Akan tetapi tidak ada salahnya ketika  dicoba.

2. Bikin Target Pribadi

Target itu penting agar kamu konsisten setiap bulannya. Tabungan emas pegadaian memang tidak mematok nominal tertentu, akan tetapi bikin target pribadi sah-sah saja. Misalnya kamu menargetkan 0,5 gram setiap bulan. Artinya kamu harus menyisihkan Rp 10.000-Rp 12.000 setiap  hari. Saya bikin target. Alhamdulillah satu tahun ini tercapai.

Cicilan emas di bank dan Pegadaian, skemanya sama. Kamu akan ditawari mencicil emas dengan berat mulai 5-100 gram dalam jangka waktu tertentu. Uang muka akan ditentukan berdasarkan akad dan setiap bulan ada besaran cicilan sesuai dengan jangka waktu yang disepakati. Ini bagus untuk kamu yang merasa sulit menyisihkan uang. Ada target cicilan sehingga tiap bulan mau tidak mau kamu  harus menyisihkan uang dalam jumlah tertentu.

Kalau saya, karena sifatnya suka-suka, saya pilih tabungan emas di Pegadaian, karena saya bisa memasang target sendiri berapa nominal yang akan ditabung setiap bulannya.

3. Konsisten

Kalau sudah punya target berapa nominal yang akan ditabung, kamu harus konsisten. Sulit memang, tapi harus bisa. Biar seru, saya sediakan toples transparan dan setiap hari saya harus ‘nabung’ dengan  nominal yang sama.  Kamu boleh tentukan nominalnya, bisa Rp 1.000, Rp 2.000, Rp 5.000, atau berapa sajalah yang kamu mau. Jangan lupa konsisten setiap hari menabung. Boleh saja dipakai, tapi sifatnya pinjaman ya.Namanya juga pinjaman ya harus dikembalikan. Kamu wajib mengembalikannya ketika di akhir bulan, biar  target menabungmu tercapai. Pokoknya target harus terpenuhi. Misalnya target sehari Rp 5.000 artinya, dalam sebulan harus ada Rp 150.000 yang disetorkan.

4. Jangan Terpengaruh Harga

Wajar kok, ketika harga jual emas sedang rendah kita ingin membelinya. Atau ketika harga beli emas sedang tinggi, kita ingin menjual emas batangan yang kita punya. Eitsss jangan buru-buru, kembalikan dulu ke niatmu menabung emas itu untuk apa? Jika untuk investasi jangan terpengaruh.

Kalau memang kebetulan ada uang nganggur ketika harga jual sedang rendah, boleh kamu setor. Bagaimana ketika uang ada dan harga jual tinggi? Tunggu satu dua hari, kalau belum berubah setorkan saja, toh niatnya untuk investasi.  

Ketika harga melambung seperti sekarang, pastilah tergoda untuk menjualnya. Saran saya, kalau belum butuh-butuh banget lebih baik nggak usah deh. Nanti jadinya boros dan bakal digunakan untuk kebutuhan konsumtif dan implusif. Ingat susahnya kamu menabung dan mengurangi uang jajan, masa iya mau dijual gitu aja.  Kecuali kalau memang butuh banget,  monggo lepas saja.    

5. Tetapkan Besaran Investasi

Buat kamu yang berpenghasilan tetap,nggak salah lho untuk menetapkan besarannya investasi tiap bulannya. Saya freelancer  ecek-cek ini mencoba untuk menetapkan besaran investasi tiap bulannya. Dari mana? Dari menyisihkan uang jajan saya dan menganggarkannya dari penghasilan  Kemudian saya tetapkan dari jumlah tersebit, berapa besaran untuk investasi emas dan berapa yang saya lempar ke saham. Begituuu.. Hehehe.. sulit? Semula saya kira sulit tetapi ternyata enggak. Alhamdulillah.

Coba saja, kalau nagih saya nggak tanggung.

Dipublikasi di essaylepas, investasi | Tag , , , , , , , | Meninggalkan komentar

Nabung Saham Itu Asyik, Se-Asyik Makan Micin

istimewa

“Kamu main saham ya, sekarang?” atau “Wuiih ngeri sekarang main saham,”  pertanyaan itu yang sering terlontar dari beberapa teman ketika saya memposting harga saham sebuah perusahaan. Selalu saya jawab, ”Bukan main tapi nabung alias investasi”.

Sebetulnya saya sudah mulai ‘ditawari’ nabung saham ini sejak beberapa tahun lalu. Tetapi masih Dita yang sering bingung ini maju mundur iya atau enggak. Setelah menikah dan bekerja di rumah, saya jadi punya banyak waktu untuk scroll IG dan FB. Bermula dari keingin tahuan saya tentang investasi emas dan saham  akhirnya segala macam akun  investasi bersliweran di timeline saya.

Saya mulai tertarik untuk investasi saham tapi dengan nomilnal murah Rp 100.000 hehhee. Nggak mau rugi banget ya. Tapi di Batam saya bingung  di mana bisa buka rekening saham Rp 100 rb. Kebetulan teman suami mengunggah status WA tentang seminar saham di sebuah pusat perbelanjaan. Langsung saya merengek minta ke sana. Hehehehe. Kami datang dan dengan pedenya saya duduk di barisan peserta. Clingak clnguk, kok pada dapat buku dan goddie bag ya, ternyata seminar itu bayar sodara-sodara. Hahahahaha. Dari situlah terbuka peluang saya untuk memulai berinvestasi saham hanya dengan Rp 100.000 saja.

Apa sih saham itu? Saham adalah surat bukti kepemilikan suatu perusahaan atau secara sederhana adalah patungan usaha.  Jadi dengan kamu membeli saham sebuah perusahaan yang tercatat di bursa, kamu akan menjadi pemilik perusahaan, meski hanya punya dua atau tiga lot saham saja. Lalu bagaimana caranya?

Menabung saham dimulai dengan membuka rekening dana nasabah (RDN) atau Rekening Dana Investor (RDI) melalui perusahaan sekuritas. Nah, perusahaan sekuritas inilah yang menjadi jembatan antara kamu sebagai investor dengan pasar modal atau Bursa Efek Indonesia (BEI). Ibaratnya BEI adalah pasar atau mal tmpat transaksi jual beli saham dilakukan.

Kalau kamu tertarik membuka rekening saham, jelas jangan hubungi saya. Akan tetapi hubungi perusahaan sekuritas terdekat di kotamu, bisa cek di sini. Kamu juga bisa daftar online kok siapkan saja syarat-syaratnya sperti ktp, npwp, dan identitas buku tabungan.

Ah Nabung di Bank Sajalah Ribet Amat

Boleh saja kamu berpendapat demikian, nggak salah kok. Tapi menurut saya nih  ya, biaya yang kita keluarkan untuk administrasi bank itu lumayan bikin syedih lho gaes. Bikin saja rata-rata  Rp 12.000 untuk admin bank,  kalau dikalikan 12 bulan artinya ada Rp 144.000 kita bayarkan untuk admin. Bagi yang tabungannya receh seperti saya, bunga bank juga pasti nggak keliatan. Dalam waktu lima atau sepuluh tahun mendatang uang yang ada di bank jumlahnya akan sama.

Misalnya hari ini kamu menabung Rp 1 juta, kemudian didiamkan tanpa pernah ditambah atau dikurangi. Dalam waktu satu tahun jumlah uangmu itu justru akan berkurang karena terkena biaya administrasi. Lain halnya ketika kita menabung saham ada kemungkinan nilai uang kita bertambah dalam jangka waktu satu tahun.  

Lalu mengapa saham? Ini saya kutipkan dari buku #Yukbelajarsaham untuk Pemula (Elex Media Komputindo, 2019), tulisan Triyo Utomo.  Alasan mengapa menabung saham antara lain:

  1. Saham sangat mudah ditransaksikan

Ada fasilitas online trading yang dikeluarkan setiap perusahaan sekuritas. Kamu dapat memantau pergerakan saham, membeli dan menjual saham melalui smartphone. Kalau investor ecek-ecek macam saya ini, memantau harga di pagi hari jam 9-10 ketika bursa baru dibuka, lalu menjelang jam 12 siang dan sore hari. Cuma ngecek doang, beli kagak sekrol iya. Itupun saya lakukan kalau inget, kalau banyak kerjaan ya bisa seminggu nggak ngecek. Artinya jadi investor zaman sekarang ini nggak harus setiap hari pantengin harga saham. Kecuali kamu bertujuan untuk menjadi trader.

Kamu juga bisa menggunakan jasa broker untuk memantau pergerakan harga saham. Mereka akan membantumu menganalisa saham dan memberi tahu mana saham yang tepat untuk dibeli dan dijual.  Tapi lebih asyik dan seru memantau sendiri lho gaes.  Asyik gitu, kita liat angka-angka bergerak sendiri (norak biarin).

2. Modal Kecil

Investasi saham bukan sesuatu yang ‘wah’ karena bisa dimulai dari nominal kecil. Pembukaan pertama bisa dengan Rp 100.000 selanjutnya kamu bisa memilih saham dengan harga yang terjangkau. Sembari jalan ada banyak akun Instagram yang bisa menjadi ladang belajarmu tentang saham misalnya saja @ngertisaham @investorsahampemula atau komunitas investor saham pemula di kotamu.  Biasanya komunias investor saham pemula (ISP) akan rutin membuka kelas saham secara berkala. Rajin-rajin kepo IG ya jangan IG kun gosip terus dipantengin. Hehehehe.

Kalau saya nggak setiap saat beli. Akan tetapi saya selalu sisihkan penghasilan receh ini dan transfer ke RDN/RDI. Belinya kapan?  Kalau lagi pengen aja beli, kalau lagi murah serok deh, yaa meski se-nyerok-nyeroknya saya cuma 2 lot. Hehehehe.

3. Saham Itu Transparan dan Aman

Pasar modal itu terbuka dan transparan. Setiap perusahaan wajib memberikan laporan keuangan dan dipublikasikan ke masyarakat sebagai laporan kinerja. Sebagai investor tentunya kamu bisa membandingkan kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Sekaligus untuk memutuskan apakah kamu akan menjadi investor atau tidak. (hahahahaha songong banget, gak apa2 songong bermartabat kata teman saya).

Lalu keuntungan saham dari mana? Pertama yang disebut capital gain. Ini adalah selisih antara harga jual dan harga beli. Misalnya harga saham perusahaan Indofood adalah Rp 10.000 per lembar saham atau Rp 1 juta per lot ketika kamu membelinya. Kemudian beberapa bulan kemudian ketika kamu menjualnya harganya sudah naik menjadi Rp 12.500 per lembar saham atau Rp 1.250.000 per lotnya.  Selisih antara Rp 1.250.000-Rp 1.000.000 = Rp 250.000, inilah yang disebut capital gain.

Selain itu ada juga yang disebut dividen. Ini adalah laba perusahaan yang dibagikan ke seluruh pemegang saham setiap tahunnya. Bahkan jika kamu hanya punya 1 lot saja, sudah kecipratan dividen lho. Besarnya memang sesuai dengan  keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).  Jumlahnya memang nggak besar, tapi senengnya itu lho. Misalnya beberapa waktu lalu saya ikut merasakan dividen dari sebuah perusahaan. Saya cuma punya 3 lot saham, alhamdulillah saya dapat dividen yang bisa untuk beli cilok dan teh obeng. Seneng? Pastinyaaa… hehehe.

Bisa nggak investasi saham merugi? Namanya juga investasi, pastilah ada risikonya termasuk kerugian. Jika  kamu mengalami kerugian itulah yang disebut capital loss, berlawanan dengan capital gain tadi. Atau jika perusahaan tempatmu menginvestasikan uang itu mengalami kerugian, atau yang disebut likuiditas. Itu sebabnya jeli dalam memilih perusahaan diperlukan. Tapi ini bisa kamu pelajari lebih lanjut ya.  Saya pun masih belajar sendiri dari buku-buku tentang saham  dan juga Instagram.

Jadi sebelum memutuskan berinvestasi saham, tentukan dulu tujuanmu. Setelah itu jangan lelah belajar, terus pelajari tentang saham pelan-pelan sampai nantinya mahir dalam berinvestasi. Eitss tulisan ini saya buat bukan berarti sudah fasih lho, saya juga masih belajar dan sering kepo kanan kiri,

Nabung saham itu asyik, se-asyik makan makaroni pedes yang full micin.

Dipublikasi di essaylepas | Tag , , , , , , , , , , | 4 Komentar

Menabung Itu nggak Harus di Bank, Ini Cara Lainnya

istimewa

Suatu hari seorang teman mengirimkan pendek. Begini lebih kurang bbunyinya,”Mbak, kalau ada duit satu juta, mending buka tabungan emas atau beli kalung emas ya?” Saya jawab,” buka tabungan emas”. Maklum, ketika itu saya sedang getol-getolnya menabung emas. New bie begitu ceritanya.

Kok tiba-tiba tertarik menabung emas? Sebetulnya sudah sejak lama saya tahu, kalau menabung emas itu disarankan untuk jangka panjang karena tidak tergerus inflasi. Waktu itu saya sempat tanya kanan kiri, kemudian menghitung dana yang saya saya punya, dan saya putuskan,”Nggak berani,” hahahahaha. Padahal kalau mau diniatkan sih sebetulnya bisa saja. Hehehe.

Setelah menikah, barulah saya berpikir tentang menabung secara serius. Saya coba memperhitungkan, kalau kita biarkan uang di bank, lama kelamaan akan habis terpotong biaya administrasi dan macam-macam. Jumlahnya nggak main-main cuy.  Kalau kata teman saya,”Rasanya pengen nangis, kalau ngitung biaya admin bank”.  Saya mencoba mencari tahu, akhirnya menemukan salah satu instrumen menabung emas yang cocok, yaitu menabung emas di pegadaian. Selain terjangkau biaya administrasinya juga murah.  

Saya mulai mencari tahu, di mana pegadaian paling dekat dan mudah dijangkau oleh saya sendiri. Maklum ketika hari kerja, kalau mau pergi ya harus sendiri. Selain itu saya juga nggak berani pergi jauh sendiri (jiriihh). Alhamdulillah ada pegadaian di dekat rumah, lebih tepatnya dekat pasar tempat saya biasa belanja.

Ketika pertama kali membuka rekening, saya putuskan menabung Rp150.000.  Kalau nggak salah sih, pembukaan pertama yang ditetapkan pegadaian sekitar Rp55.000. Sejak itu saya niatkan bisa menabung emas setiap bulan. Besarnya? Rahasiyaaa…pastinya saya sisihkan dari sisa uang belanja dan juga penghasilan saya yang nggak seberapa. Ya, pokoknya setiap bulan diusahakan ada nominal yang masuk, berapapun. Boleh lho, bikin target pribadi, misal satu gram emas setiap bulan. Kalau dari pegadaian sih, tidak menetapkan besaran tabungan. Sama seperti menabung di bank.

Salah satu tujuan adalah menabung untuk jangka panjang, meminjam istilah orba, rencana pembangunan lima tahun (repelita) hahahahaha. Misalnya, untuk pendidikan Anak.Kalau belum ada anaknya? Ya, nggak salah kan jika dipersiapkan dari sekarang. Atau utnuk tabungan persiapan haji, bisa juga menggunakan tabungan emas. Nilai emas juga cenderung naik lho, dan dari situlah keuntungan yang bisa didapat.

Jika malas ke pegadaian, ada juga fasilitas transfer atau setor melalui m-banking, tetapi hanya bank tertentu saja. Kalau saya lebih suka datang langsung ke pegadaian, karena kita akan melihat buku tabungan dicetak dan tentu saja tertera nominal. Rasanya bikin makin semangat untuk nabung dan nabung.

Ohiya, menabung emas juga nggak harus di pegadaian. Ada beberapa cara. Ini sih cara yang menurut saya terjangkau. Bisa juga membeli emas batangan, namun jika ingin harga lebihh murah tentu harus membeli emas dengan nominal lebih besar. Kan syedddih kalau uangnya belum cukup.

Menabung emas membuat saya rutin mengontrol harga emas, padahal sih tabungan nggak seberapa. Kalau pas harga turun, rasanya ingin segera menabung. Padahal konsep menabung tidak seperti itu, berapapun harga emas, kalau diniatkan menabung  ya sudah setoran saja. Hasilnya memang untuk jangka panjang.

Lalu, boleh nggak  intip harga emas? Tentu boleh lah.  sebagai investor wajib hukumnya mengetahui kisaran harga. Hahaha, siapa tahu sudah cuan alias untung. Ketika orang lain datang ke pegadaian untuk gadai atau tebus, kita datang ke pegadaian untuk menabung emas.

Ohiya, satu lagi salah satu keuntungan menabung emas adalah keinginan untuk belanja online berkurang jauh, apalagi untuk barang printilan yang hanya lapar mata.  Jadi saya sudah nggak mantengin flash sale lagi juga nggak tergiur dengan iming-iming harbolnas akhir tahun kemarin. Tapi tetap nggak bisa lepas dari godaan beli buku. Kok bisa nggak tergiur belanja online? Karena saya selalu berpikir,”Harga barang ini, kalau ditabungkan emas jadi berapa gram ya?”. Hehehehe. Nggak percaya? Coba saja

Dipublikasi di essaylepas | Tag , , , , , , | Meninggalkan komentar

Siapa Bilang Diet Plastik Itu Sulit?

belanja di pasar tanpa kantong plastik

Belakangan bisa dibilang saya getol untuk diet kantong plastik. Sebetulnya sudah lama, tapi ya masih angot-angotan karena terkadang suka lupa bawa tas belanja. Lalu dari kejadian demi kejadian, yang menunjukkan fakta bahwa memang Indonesia ini darurat sampah plastik. Menteri Perikanan Susi Pudjiastuti pernah mengatakan bahwa Indonesia adalah negara kedua terbesar penyumbang sampah plastik.

Berdasar data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), dikutip dari kompas.com, ada 64 juta ton per tahun sampah plastik di Indonesia dan sebanyak 3,2 juta ton adalah sampah plastik yang dibuang ke laut. Sementara itu kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau sekitar 85.000 kantong plastik.

Memang sih, kita sudah membuang sampah di tempatnya tetapi setelah diangkut truk sampah, apa kita pernah tahu? Saya mengalaminya di lingkungan tempat tinggal Kebetulan selokan air di depan rumah itu tersumbat, singkat cerita setelah dibongkar ada lebih dari 20 botol minuman kemasan tersumbat di sana. Belum termasuk sampah-sampah minuman gelas lainnya yang memenuhi selokan. Saya rasanya harus marah tapi nggak tahu marah sama siapa. Padahal sampah saya juga bukan. Peristiwa itulah yang membuat saya membulatkan tekad untuk mengurangi penggunaan plastik.

Semula saya mencoba hanya membutuhkan satu kantong plastik ketika belanja dan semua belanjaan nyemplung di situ, kemudian bawa tas sendiri tapi masih pakai kantong plastik kecil untuk wadang bawang, cabe, dan lain-lain. Sampai kemudian berusaha tanpa kantong plastik ketika belanja baik ke supermarket, pasar, bahkan ke warung tetangga.

Ada seorang kawan yang pesimis.”Mana bisa, kalau ke pasar kita beli ikan pasti dikasih kantong plastik,” kata dia. Ucapan itu membuat saya terhenyak dan berpikir, apa tidak ada alternatif lain. Lalu saya iseng-iseng mencoba bawa kotak sendiri ketika beli ayam atau ikan. Mulanya penjual masih terlihat gagap. Mereka kekeuh menawarkan kantong plastik. Hadeeeuh, saya tolak dong. “Basah mbak tasnya,” kata si penjual. “Nggak apa-apa Pak, nanti juga kering,” jawab saya. Sekarang, penjual ikan dan ayam langganan saya di pasar sudah hafal kebiasaan saya. Alhamdulillah senang.

beli ikan di pasar pakai kotak sendiri.

Postingan seorang kawan membuat kantong belanja dari kerudung yang sudah tak lagi terpakai, menginspirasi saya. Lalu saya bongkar-bongkar jilbab lama, dan taraaaaa.. saya bikin kantong untuk wadah bumbu dapur, cabe, dan bawang ketika belanja. Komentar para penjual juga beragam.”Ih cantik kali kantongnya, ini bikin sendiri?” tanya ibu penjual bawang di pasar. Saya mesem-mesem. ”Iya bu,” jawab saya. Duh padahal andai ibu tahu, saya jahitnya ngasal dan penuh perjuangan pakai tusuk jait bermacam-macam mulai dari silang, jelujur, sampai tikam jejak, pokoke nyambung lah. Hahahahaha.

kantong bawang/cabe alakadarnya kreasi sendir

Penjual lain komentar,”Sayang mbak, nanti kotor ini”. Kebetulan saya pakai kantong warna putih. “Nggak apa-apa Pak, nanti bisa dicuci kalau kotor,” jawab saya. Akhirnya si penjual mengalah. “Masuk sini semua mba?Emang cukup” kata penjual lain. “Insya Allah cukup Bu, kalau nggak cukup tenang, saya ada kantong lain,” jawab saya sembari ngubek-ngubek tas nyari kantong ajaib lainnya. “Kenapa sih mba kok nggak mau pakai kantong plastik, aneh banget,” kata penjual lainnya. “Biar nggak nambah volume sampah Bu,” jawab saya.

“Ibue go green yo?” kata mas penjual sayur berlogat ngapak tanggung. Lain waktu, saya belanja lagi. Si penjual sayur ini sudah mafhum. Suatu hari, saya berbelanja. Eh, si mas ngapak ini ambil plastik. Spontan saya teriak,”Ora nganggo plastik, Mas”.

“Iya, ngarti. Nggo ibune kuwe,” kata dia sambil menunjuk ibu-ibu lain di depan saya. Hahahahaha.

Rejeki saya, ketika dihitung eh saya diberi diskon. Lumayan tiga ribu rupiah. Si penjual sayur bilang,”Udah hemat kantong, diskon tiga ribu”. Alhamdulillah, asal yang ngasih diskon penjual artinya halal.  

Biar Ribet , Patut Dicoba

Buat apa mbak, kotaknya banyak banget,” kata penjual tahu yang saya datangi pagi itu. Saya jawab,”Ya biar nggak pakai plastik bu, nggak nyampah,” kata saya. Coba ya, bayangkan saja kalau saya beli tahu di tukang tahu langganan itu si ibu ngasih kresek dobel belum lagi kemasan tahunya. Sebetulnya, kalau datang agak pagi bisa dapat tahu tanpa kemasan tapi karena kesiangan ya saya  cuma bisa beli tanpa kantong plastik saja. 

Ribet ya, mau belanja ke pasar saja pakai macam-macam bawaannya. Untuk mencoba lebih ramah terhadap bumi, nggak ada salahnya dicoba. Memang sih belum seutuhnya terbebas dari plastik, tetapi jika tidak dimulai mau kapan lagi?

Seorang teman pernah bilang ke saya,”Saya pengen, tapi kok rasanya sulit ya”. Itu karena kamu nggak pernah mencoba. Jadi sulit terus. Seperti halnya  tesis atau skripsi, nggak akan pernah selesai kalau hanya dipikirkan terus. Mau selesai, ya ditulis dan dikerjakan. Sesederhana itu.

Keribetan saya nggak hanya di pasar saja. Tetapi juga ketika belanja di supermarket. Saya bawa tas belanja sendiri, yang sering bikin si kasir bingung. Pernah saya sodorkan tas belanja, lalu si kasir malah ambik kresek dan memasukkan belanjaan saya ke kresek, lalu baru dimasukkan ke tas belanja. Saya bilang,”Mbak, langsung saja masuk ke tas itu, nggak perlu pakai kresek”. Baru dia paham dan memasukkan belanjaan ke tas belanja.

Kejadian ini bukan untuk pertama kalinya. Pernah juga si mas kasir malah bengong, dan memandang takjub tas belanja saya. Mungkin karena unyu ya, kuning bunga-bunga gitu. “Ini maksudnya gimana bu?” kata dia, sambil membolak-balikan tas belanja saya. “Nggak usah pakai kresek Mas, langsung masukkan situ saja,” kata saya. Padahal sebelumnya saya sudah bilang, “Pakai ini ya Mas”. Miris ya, padahal ritel-ritel itu menjual kantong belanja reuseable juga.

beli buah di supermarket bawa kantong sendiri

Ohiya saya juga pernah mencoba belanja buah di supermarket pakai kantong sendiri. Ini memang iseng nyoba, seramah apa mereka. Semula si mas di bagian timbangan sudah mengambil plastik.

“Nggak usah pakai plastik Mas, ini saja kalau boleh,”kata saya.

Si mas bingung. Untung temannya satu lagi paham, dan langsung mengangguk tanda setuju.”Boleh bu, nggak apa-apa,” kata dia. Si mas yang pertama ini bingung.”Nanti kalau dimarahi gimana?” tanyanya. “Nggak, nggak apa-apa,” kata temannya satu lagi. So, apa alasanmu untuk nggak mencoba diet kantong plastik. Nggak punya kotak? Ya belilah, nggak harus merek tupperware kok, Merek lain asal nutup rapat juga oke. Nggak punya kantong belanja? Ya belilah..harganya juga nggak mahal kok, nggak perlu jual alun-alun. Hehehehe.

Ohiya, ada pertanyaan lagi.”Buang sampah gimana? Saya baru saja mencoba telo bag, alias plastik dari pati singkong. Harganya  belum bersahabat, kemarin saya beli waktu kebetulan ada promo ongkir belanja Rp 22 rb di shopee. Jadi lumayankan yeee… ehehehehe.

Sebetulnya ada banyak cara untuk meminimalisir sampah. Ini yang belum saya coba dan ingin saya coba. Yaitu memilah sampah organik dan anorganik. Sampah organik diolah menjadi komposter (saya sedang belajar cara bikinnya) kemudian sampah anorganik bisa diolah menjadi bahan tepat guna lainya. Botol-botol kopi misalnya, saya manfaatkan untuk bikin sunlight oplosan. Jadi apapun itu bisa bermanfaat dan nggak hanya berakhir di tempat sampah.

Dipublikasi di essaylepas | Tag , , , , | Meninggalkan komentar

Apa Rasanya 62 Jam Tanpa Air Mengalir di Rumah

air 1

Kali ini saya mau bercerita tentang apa rasanya tanpa air mengalir di rumah selama 62 jam. Jadi begini, ini cerita saya sebagai perantau baru. Cerita ini berawal hari Kamis (15/11) kemarin.  Sekitar pukul 08.00, saya ke kamar mandi dan menyalakan keran. Saya punya kebiasaan cek keran setiap ke kamar mandi, meski itu hanya cuci tangan atau kaki. Maklum di wilayah kami sering sekali mati air. Dan jeeng..jeng… bener, pagi itu air mengalir kecil sekali. Saya tetap hidupkan keran, meski air di ember penuh. Dan benar saja, nggak lama tidak lagi terdengar suara air mengalir dari keran.

Dua jam berselang, tak ada tanda-tanda air mengalir (lagi). Kemudian saya menghubungi CS ATB (perusahaan air di Batam), CS bilang bahwa debit air di perumahan tempat tinggal saya sedang tidak normal karena masih ada beberapa rumah yang mengalir. Saya diminta menunggu, baeeeklaah saya mah udah biasa nunggu. Dua jam berselang nggak ada tanda-tanda juga. Saya coba hubungi lagi, daaan ternyata ada pipa atb segede gaban kena garuk alat berat. Ini bukan pertama kali terjadi, mulai dari pipa kecil sampai pipa yang muat untuk saya ngumpet.

Lalu, beredarlah informasi di media sosial dan juga pesan pendek, bahwa perbaikan sedang dilakukan dan akan selesai pada pukul 24.00. Saya masih merasa ‘tenang’ karena masih punya persediaan air satu ember gede (lebih tepatnya mencoba tenang, karena kalau marah juga nggak simsalabim air ngalir). Ternyata kenyataan tak semanis harapan, estimasi pekerjaan perbaikan selesai jam 24.00 mundur jadi jam 05.00 (hari Jumat) dan mundur lagi jam 15.00 atau pukul 17.00. Ternyata masih kena PHP dan estimasi pekerjaan selesai baru pukul 23.00.

Legaaaa banget waktu ada informasi kalau pekerjaan sudah selesai. Air diperkirakan nyala jam 01.00 baeeklaaah. Saya gak tidur, buka lapak di depan tv nunggu babi ngepet eh nunggu air nyala sambil jaga lilin.  Tapi ternyata belum nyala juga. Daan ternyata untuk pemulihan air itu butuh waktu hampir 24 jam. Lelaah hayati…

Nah, lalu apa rasanya 62 jam tanpa air mengalir di rumah?

Jumat pagi mulai panik.  Untuk antisipasi, suami berinisiatif beli galon, iyaa beli galon bukan isi ulang. Horaang kayaaah. Nggak apa-apa deh, mau gimana lagi. Nggak punya pilihan, karena depot air langganan pun sudah kehabisan stok air. Jumat seharian itu saya pakai air super irit, selesai buang air kecil,kamar mandi langsung saya semprot pakai campuran air dan karbol yang kebetulan selalu ready.

Suami pun saya wanti-wanti ketika mandi pagi,”Boleh mandi tapi nggak boleh lebih dari empat gayung atau setengah ember.” Hehehehehe (sadiiss). Sore hari saya ada kondangan, tapi air belum juga mengalir. Mandi bebek dengan empat gayung pun saya jabanin.

Jumat malam, saya sudah mulai risih, panggilan alam pun tak dapat dibendung. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke masjid yang memang agak jauh dari rumah, dan pastinya tidak di wilayah terdampak mati air. Saya bawa handuk kecil dan sabun..hihihi siapa tahu bisa numpang mandi.  Alhamdulillah badan bisa kena air rada banyak dan lebih segar.

Sampai di rumah, berharap air sudah mengalir ternyata sama juga belum ada air setetes pun sodara-sodara. Saya cek media sosial, beredar informasi kalau pekerjaan perbaikan pipa bocor segede gaban itu sudah selesai kali ini nggak PHP. Alhamdulillaaah saya lega banget dan tentu saja berharap air mengalir dini hari atau subuh. Tetapi sama juga, kami kena PHP lagi cyiin…harapan tinggal harapan, sampai menjelang adzan subuh tak setetespun. Saya yang tertidur di depan tv dibangunkan oleh suami dan mengajak (lagi) ke masjid yang semalam kami sambangi. Tanpa cuci muka (mau cuci muka pakai apa juga) , cuss kami menembus hawa dingin pagi menuju masjid. Alhamdulilah, badan kena air sedikit (meski nggak mandi) yang penting bersih-bersih.

air 33

Pantau grup WA emak-emak kompleks, ada yang bilang kalau air di rumahnya sudah mengalir. Dengan tingkat optimis yang tinggi, saya pun pulang dan membatalkan niat ke pasar dan setia menunggu air datang. Dan lagi-lagi kecewa, karena air tak setetespun mengalir sampai jam 10.00 di hari Sabtu. Pagi hari sempat hujan deras, saya buru-biri mengeluarkan ember untuk menampung air hujan. Lumayan lah, bisa untuk cuci kaki. Saya coba hubungi CS ATB, mereka kembali meminta maaf dan meminta saya bersabar karena air dalam tahap normalisasi. Tenang stok sabar saya masih banyaaaaak.

Iya sih saya paham, di waktu yang bersamaan orang buka keran perjalanan air mampir-mampir dulu di keran yang telah terbuka ini dan mengisi bak dan juga tandon yang kosong. Kalau Cuma satu-dua rumah tidak masalah, tapi ini ada puluhan mungkin juga ratusan rumah. Hikss…

Kami memutuskan untuk pergi ke masjid (lagi)  tapi ini bukan yang semalam atau sabtu subuh. Kami pun numpang mandi (lagi) di masjid hihihihi. Menjelang sore, pulang ke rumah berharap sudah mengalir, lagi-lagi  kami kena PHP,  air belum juga menyalaaa. Sampai akhirnya ada tetangga baik hati yang menawarkan air, kebetulan di rumahnya sudah mengalir lancar. Alhamdulillah, ada banyak orang baik di sekeliling kami.

Air baru mengalir jam 10 malam, ketika kamu sudah pergi (lagi) untuk menghilangkan bete air tak kunjung mengalir. “Daripada suntuk ayo jalan-jalan.” kata suami saya. Begitu menyala saya nyalakan keran depan (nampung air di galon) dan keran kamar mandi. Intinya semua tampungan di depan dan belakang langsung diisi semua. Drama queen air mati selesai sudah setelah genap 62 jam air tidak mengalir di rumah.

Siapa saja yang mengalami ini punya banyak cerita. Mulai yang pasrah dan milih tidur, sampai rela ambil air di daerah yang jauh. Hihhi. Selalu ada hikmah dari setiap peristiwa. Jadi, hadapi ini dengan senyuman aja. Asal nggak lupa pastikan semua tampungan penuh selama air mengalir. Kedua, pastikan air galon terisi terus, jangan biarkan kosong. Untuk jaga-jaga, ketimbang beli galon (lagi) mahaaal cyiiiiiinn. Ketiga jangan malas-malasan cuci piring kalau nggak pengen cucian numpuk ketika mati air.  Tentu saja, jangan lupa guyon dengan teman senasib sepenanggungan biar nggak merana.

Saya jadi merenung, apa kabar ya, mereka yang nyaris tanpa air bersih di belahan bumi manapun. Jadi harus lebih banyak bersyukur dan tak mudah buang-buang air bersih, karena setiap tetesnya sangat berharga.

Dipublikasi di curcol, essaylepas, Uncategorized | Tag , , , , , | 17 Komentar

Tips Keuangan Untuk Pekerja Pemula Ibu Kota ala Saya

kafe

istimewa

Beberapa waktu lalu tagar #crazyrichsurabayan menjadi viral di media sosial. Usut punya usut ternyata tagar tersebut bermula dari film Crazy Rich Asian yang sedang tayang di bioskop.Cukup menggelitik dan bikin ngakak sih, penggalan cuitan di Twiiter terkait #crazyrichsurabayan. Seolah tak mau kalah muncullah cuitan tandingan dengan tagar #crazypoorasian. Hihi. Nggak lalah lucu dengan tagar sebelumnya, bikin ngakak dan ada-ada saja.

Saya pun pernah mengalami sebagai #crazypoorasian. Sebagai pekerja pemula, dulu sekitar tahun 2008 dengan gaji minimal dan pekerjaan yang menghabiskan waktu di jalan, membuat saya harus pintar-pintar putar otak. Agar tetap bisa bertahan tanpa harus ngutang atau minta transferan orangtua.

Setiap orang punya pengalaman yang berbeda ya. Tulisan ini adalah bagian dari pengalaman saya hidup irit ala pekerja pemula di ibu kota dengan gaji minimal.

Lalu apa saja yang pernah saya lakukan agar tetap bertahan dengan gaji pas-pasan kala itu? Berikut ini tips singkat untuk pekerja pemula agar tetap bisa hidup kendati gaji minim.

1.Setia gunakan angkutan umum

Jika tidak ada kendaraan pribadi maka alternatifnya adalah kendaraan umum. Nah, sebisa mungkin sering-seringlah naik angkutan umum ketimbang ojek apalagi taksi. Beruntung sekarang ada ojek online, tetapi sepertinya naik angkutan umum tetap lebih murah.

2. Sedia lauk kering dan masak sendiri

Salah satu siasat tetap hidup hemat adalah masak sendiri. Meski hanya masak nasi saja. Dulu saya selalu dibekali lauk kering seperti kering tempe dan abon oleh ibu saya. Lalu, saya membeli ricecooker mini untuk modal hidup hemat. Beli beras pun tak langsung banyak. Cukup seliter (kalau di Jakarta) atau perkilo saja. Ini akan lebih hemat dan ekonomis. Bayangkan saja, kalau beli lima kilo sekaligus dan terlalu lama digunakan bisa-bisa beras kutuan, apek, dan akhirnya tidak dipakai.

Sekali waktu bisa juga masak sendiri. Saya selalu cari kos yang ada dapur dan bisa masak. Meski memasak hanya satu-dua kali setiap minggu. Beli lauk matang di warteg bisa lebih hemat, karena satu porsi bisa dua kali makan. Atau sharing dengan teman kos.

IMG_20170119_185036_HDR (1)

3. Kurangi jajan

Saya pernah mencatat pengeluaran bulanan. Ternyata paling banyak pengeluaran adalah jajan. Jadi, saya coba kurangi jajan (bukan nggak jajan sama sekali ya) misal membeli makanan atau camilan dua atau tiga hari sekali. Dan jangan lapar mata. Duh ini yang berat. Hahahaha.

4. Sisihkan gaji di awal

Begitu terima gaji sisihkan paling tidak 5-10 persen dan masukkan ke rekening berbeda. Ini berfungsi sebagai tabungan sekaligus dana cadangan. Namun, sebaiknya jangan diganggu gugat jika tidak benar-benar darurat. Ini belum termasuk investasi jangka panjang ya. Hehehe.

5. Prioritaskan kebutuhan pokok

Jika kamu hidup merantau pasti tahu, apa saja kebutuhan pokok yang wajib dibayarkan. Misal uang kos, zakat/sedekah. Nah prioritaskan dua hal ini. Setelah itu baru bikin skala prioritas dan rencana anggaran di bulan tersebut. Memang kedisiplinan diperlukan untuk menghindari utang dan minta transferan orangtua. Malu euy, sudah kerja masih minta transferan.

Jika kamu pekerja pemula ibu kota, apa siasatmu?

 

 

Dipublikasi di Uncategorized | 12 Komentar